Sunday, September 30, 2007

Ujian

Buat teman teman di DMB2 tercinta.

Renungan setelah ujian tertulis dan tertutup MRBL.

Saya jadi malu hati ketika teman saya bilang gini. Entah ditujukan pada siapa. Puasa-puasa gini ujian kok nengok kiri kanan, apa gak batal?
Wah,...... saya langsung introspeksi. .......Apakah saya tadi tengok kiri kanan?.......Hmmmm....... Ya nengok sih. Kalau enggak kan pegel nunduk terus atau lurus terus...hehehe.
Ya...gimana gak langsung introspeksi aku kan dosen, kalau aku juga melakukan hal yang sama yang biasa dilakukan murid muridku, apa kata dunia............?
Biar saya yang menjawab pertanyaan tadi pada Yang Maha Kuasa, yang sudah tidak perlu lagi jawaban itu, karena Beliau sendiri sudah Maha Tahu. Terimakasih untuk peringatannya. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari perbuatan yang dilarangnya. Amien. Semoga kita bisa lulus dengan baik dan lurus pula. Amien.

Wartawan Gadungan?

Setelah pusing tujuh keliling ujian metode riset, aku memutuskan untuk melaksanakan niat tertunda untuk nengok keluarga di Garut. Di sana kami baru saja mendapat sumbangan untuk taman bacaan masyarakat (TBM). Adik-adikku bingung untuk segera mewujudkan taman bacaan yang cukup baik. Hmmm...cukup baik, untuk ukuran sebuah kampung kecil. Kebetulan ada pondok peninggalan orang tua, yang sekarang tidak ada penghuninya. Maka kami jadikan setengahnya untuk TKA dan sebagian lagi untuk TBM ini. Bukunya belum banyak, soalnya adikku masih belum srek mau beli buku seperti apa? Nasihatku sih, coba konsentrasikan ke remaja ke bawah aja dulu. Beli bacaan yang menyenangkan tapi ada nilai yang dapat diambil di dalamnya. Justru di situ rupanya kesulitannya. Kebanyakan buku komik yang ditemui.
Akhirnya, kami mengumpulkan buku-buku yang ada di rumah yang kami beli sewaktu anak anak masih kecil dan sekarang sudah tidak dibuka lagi. Lumayan, bisa memenuhi satu rak buku.
Saya minta anak saya bikin proyek mengumpulkan buku baik yang sudah ingin disumbangkan oleh orang karena sudah tidak dibutuhkan lagi misalnya. Proyek ini pernah dia lakukan waktu aksi sosial untuk panti asuhan.

Apa hubungannya dengan wartawan gadungan? Begini cerita singkatnya.
Di Garut sana setelah melihat fasilitas, sambil diskusi bagaimana menambah fasilitas ruang yang memadai, mencari dari mana duitnya? atau persisnya berapa banyak yang diperlukan, berapa lama kami bisa mengumpulkan uang yang diperlukan ini, dsb.dsb, biar sekalian bangunan TKA nya juga bisa diperbaiki...sampailah kami pada pembicaraan santai.
Salah satu ipar cerita, bagaimana mereka kedatangan lima wartawan yang bertahan bertanya tanya macam macam selama l3bih dari 3 jam , yang ujung-ujungnya minta duit.
Kalau soal yang begini, kami diajari dengan keras oleh ayah almarhum untuk mengatakan TIDAK .
Yang lucu di awal "wartawan" ini menasihati adik saya "bahwa setiap peser uang itu harus dapat dipertanggung jawabkan".
Kemudian dilanjutkan dengan "ada kabar semua sumbangan ini dijadikan fasilitas fisik saja"
Setelah lama berdebat, sampai mengatakan bahwa kami baru saja seminggu memperoleh sumbangan tersebut dan belum sempat beli buku, sampai buku tanbungannya pun diperlihatkan bahwa uangnya masih utuh ada di sana, akhirnya adik saya terbesar kalah sabar (bulan puasa pula), dan panggil kakak tertua yang ada di sana. Kakak kami bilang begini: silahkan anda laksanakan tugas anda, kalau mau memberitakan kami baik yang buruk maupun yang baik, silahkan sesuai dengan keadaan. Tapi kami juga punya hak dan kewajiban yang sama, kalau ada yang tidak beres, kami juga bisa melaporkan hal yang sama. Akhirnya mereka keluar. Gigit jari. Ngeloyor pergi ke jalan.
Selesai?.....Tunggu dulu.
Tidak lama kemudian seorang santri yang ada datang dan bilang para "wartawan" tadi minta kakak saya menemui mereka di jalan. "tidak ada cerita, aku mau sholat" kata kakak saya. Pulang kamu , katanya ke santri tadi. Jangan layani orang itu.
Tahu gak mempan, akhirnya mereka balik lagi ke rumah dan bisik-bisik bilang sama adik saya, " ya buat bensin aja lah" Dengan gemes adik saya bilang : "bagaimana saya mesti mempertanggungjawabkan uang bensin ini?" Skak maat...
Segera si wartawan gadungan ini ngeloyor pergi.....

Maaf pada para wartawan yang bener dan lurus. Tapi cerita ini adalah cerita yang betul-betul terjadi. Kami prihatin melihatnya.

Yang lebih memprihatinkan, lima wartawan ini di antar oleh orang dari dinas yang memberi bantuan untuk TBM tadi.

Saya berdoa kepada Tuhan YME untuk mendapat jalan agar bisa segera membangun TKA ini dengan kekuatan kami tanpa harus menerima bantuan pemerintah. Adik-adik saya (semua perempuan) kapok kalau harus menemui lagi hal seperti ini. Kami orang sederhana yang hanya ingin mewujudkan impian orangtua kami yang belum terwujud di masa hidup beliau, yaitu mendirikan sekolah buat rakyat.

Saturday, September 15, 2007

Every class has personality

Sampai saat ini kalau di hitung-hitung yang paling menyenangkan ngajar itu di kelas Chevron. Mahasiswa nya pinter-pinter dan punya keinginan belajar yang besar, serta disiplin. Di samping itu selain mereka mudah menerima feedback, sikapnya bener bener mencerminkan orang dewasa yang memiliki motivasi untuk belajar.
Apakah berarti lebih mudah ngajarnya? Tidak juga. Yang jelas sih memang lebih menyenangkan membuat yang ngajarnya juga semangat. Kenapa tidak lebih mudah? Jawabannya adalah karena pengajar juga harus lebih siap. Menyesuaikan diri dengan karakter kelas, sehingga siap share yang seimbang. Pertanyaan yang diajukan juga pertanyaan yang didasari pengalaman mereka di lapangan. Di sini lah seni nya "ngajar". Kalau hanya berpegang sama substansi, kelas seperti ini sudah tidak perlu banyak diajari, tinggal didorong aja sedikit. Mereka juga mampu beli buku sendiri dan dibaca pula.
Yang menyenangkan, dari kelas seperti ini, dosen juga mendapatkan pengetahuan tambahan berkaitan dengan praktek di lapangan seperti apa kira-kira yang terjadi. Karena itu mengaitkan contoh dengan praktek lapangan yang dialami mereka menjadi penting. Dalam hal pengetahuan dosen tentang lapangan perlu ada dasarnya, sehingga bisa melempar pertanyaan yang tepat untuk memancing situasi lapangan yang lebih luas berkaitan dengan aplikasi dari teori yang dikemukakan.
Yang lucu ketika saya menyampaikan terimakasih saya kepada kelas karena partisipasi mereka, dan bahwa selama dua hari bersama mereka, kami juga memperoleh banyak "pelajaran" baru. Mereka mengira saya terlalu merendah. Padahal hal tersebut saya kemukakan spontan dan tulus. Saya bener-benar tidak bisa menahan diri untuk mengatakan bahwa kami senang berada di tengah mereka dan memperoleh "pelajaran" banyak dari kuliah itu sendiri.

Saya jadi inget komentar Andy, every class has personality. Begitu katanya, ketika saya dapat tugas presentasi di depan kelas dia dan saya membawakan presentasi tentang personality. You are right Andy. Hey kapan kamu mau kirim tulisan kamu ke aku, katanya mau kirim, janjinya.