Thursday, June 21, 2007

Bucat bisul

Eta mah istilah urang Sunda mun aya pagawean atawa perkara nu kakara anggeus. Basa Indonesia na mah. Pecah abses hehehe...yang lebih dramatis sih abses meletus kali ya. hahaha....begitulah. Ya...sekarang mulai kerasa ada yang lega...meskipun tadi merasa gak puas dengan kualitas ujian yang dikumpul. Waktu ngejilid saya bilang sama bu Yuni...makanya kalau kasih ujian ke mahasiswa mesti ngukur nih bisa gak diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Sebetulnya sih lima hari cukup lama, untuk yang tidak punya pekerjaan lain selain mahasiswa. Itu persoalan utamanya, sekolah sambil kerja. Siapa suruh sekolah...kata orang-orang...Siapa ya.....teuing atuh. Jadi, jadi dosen itu gak bisa sembarangan aja, diukur...intinya di situ bisakah kita mengukur antara ujian dengan beban kerja.
Ngomong soal ngukur...ada hal lain yang juga perlu diukur. Pagi ini sbm mulai vision and mission revisiting. Kunaon atuh nya, di revisit terus...hehehe. Diskusi hot, masing-masing punya persepsi dan argumentasi tentang apa yang ingin ditampilkan dalam visi misi ini. Yang satu inginnya tinggiii sekali. Di jalan ke sbm (dari Preanger tempat kita rapat nih) saya merenung. Kenapa atuh kita gak pernah apal visi misi selama ini. Pertama tidak ada internalisasi, yang kedua itu tandanya tidak menjadi inspirasi. Bukan untuk dihapal kok. Tapi untuk dihayati. Kalau individu merasa apa yang ada di misi itu terlalu tinggi, sehingga bener-bener seperti mimpi (mimpi lho bukan cita cita) maka ya sudah tinggal mimpi aja. Tidak menjadi inspirasi lagi dong...Memang beda mimpi dengan dream....Kalau kita menginginkan sesuatu kita akan bilang sampai termimpi-mimpi. Tapi kalau kita bilang seperti...ah itu sih cuma mimpi. Artinya sudah beda lagi. Mana yang diinginkan...mimpi atau impian...Memang...bahasa itu memiliki makna mendalam. Sudah dulu ah...nanti diterusin...mau rapat lagi.

Wednesday, June 13, 2007

I'm 30/100 censoring! Click to see my self-monitoring personality.

PR

What is Culture? What is Value? Personal Value? Personal Trait? Performance?

Relationship between Culture, Personal Value, Personal Trait and Performance?

Tuesday, June 12, 2007

Standar Nilai

Killer...itu pasti sebutan mahasiswaku. Hari ini yang komplen banyak sekali. Kenapa aku dapat C? Kenapa kelas B lebih murah hati dosennya? Kenapa aku dapat lebih jelek dari si anu yang tidak aktif di kerja sindikat. dsb.dsb. Sudah adilkah penilaian ibu? Kalau gak kena plagiarism, mestinya aku kan dapat A.
Ha?Aku bilang tanya deh diri sendiri, kalau sekarang dapat A, kemudian nanti kerja di bidang ini, bisa memberikan hasil sekualitas A enggak? Bagaimana kalau orang nanya, MBA ITB kasih nilai A padahal gak bisa kerja? Wah...berat tanggungjawab sosialnya.
Kedua kalau aku minta peer evaluation, pasti kamu gak akan bisa objective deh. Pasti temen kamu yang free rider juga akan kamu kasih nilai bagus. Capek deh.

Pertanyaannya, perlukah ada standar penilaian agar dosen memberikan penilaian yang lebih adil? Apakah betul memberikan nilai kelas semuanya A atau 80% A, sisanya B? Atau mungkin ada dosen yang memberikan nilai semuanya C?

Nilai, mempunyai fungsi mengukur keberhasilan belajar mahasiswa, mengukur keberhasilan mengajar dosen. Karenanya nilai harus adil, di antara mahasiswa yang satu dengan yang lain. Tetapi nilai juga memiliki makna yang berkaitan dengan eksternal SBM. Jika seorang mahasiswa memiliki nilai B maka tentu masyarakat mengharapkan kualitas B juga. Yang seperti apa yang sesuai dengan kualitas B ini, tentu saja faktornya banyak. Termasuk faktor nasib, misalnya ketika satu hari seorang mahasiswa tidak bisa hadir, dan hari itu ada tes, maka "sial" lah mahasiswa tersebut. Tapi, kualitas manusia kan tidak hanya ditentukan oleh satu kuliah, di satu masa. Tapi ditentukan oleh banyak faktor di masa yang berbeda. Memang pelik masalahnya.

SBM sudah tepatkah ...?

Hari ini kupenuhi undangan Pak Andi Budiman di Chevron untuk menghadiri seminar 4 mahasiswa bimbinganku di MBA. Aku sudah sampai di Budi Kemuliaan jam 10 kurang. Lega juga. soalnya di P Gede sempet kena macet...duhhh...nyarus deh. Malu juga kalau sampai telat. Tidak profesional. Beruntung ada pak Rudi yang mau jadi "joki", berdasi pula, sejak dari bandung.... :=) Nuhuuuunn pisan pak Rudi. Sebelum semuanya siap, sambil nunggu obrolan dengan pak Andi membuat aku mikir juga: pertama, mau jadi apa sih sebetulnya anak sbm? (salah satu putri pak Andi di sbm, sudah semester 6) Wah...mesti jawab apa ya? Jawabanku cuma ...bahwa 10 % dari mereka sudah diterima kerja...surprise juga pak Andi mendengarnya. Ya...ini batu uji pertama bagi SBM. Agustus ini angkatan pertama lulus...bakal jadi apa mereka setelah lulus. Hari ini Ayu juga menjalani tes bank permata bersama 13 temannya yang calon cum laude. Hmmm......semoga aja ...Perbincangan dengan pak Andi berlanjut ke soal, kemungkinan memasukkan pemagang baru...tidak ada yang bisa disimpulkan dari obrolan ini.

Ada beberapa hal yang ditangkap:
1. sebelum mereka magang, dibutuhkan kesiapan mereka sehingga learning process nya tidak terlalu panjang
2. soal bahasa Inggris
3. soal kemampuan komputer
4. ada program lain yang ditawarkan, magang untuk 5 best student, baik MBA maupun S1.
5. untuk s1 SBM masih terlalu melebar, kurang fokus.

Masukan yang berharga, sehingga mungkin bisa menjadi bahan perbaikan di SBM.

Yang paling ideal adalah evaluasi lulusan pertama, dapatkan umpan balik dari para employer mereka, sehingga SBM bisa melakukan perbaikan kurikulum dan konsep pendidikannya.

Terlambat? ...Mungkin ya...tapi memang harus dilakukan...

Umpan balik yang diperoleh dari seminar TA mahasiswaku kelihatannya adalah:
Ganesya, cukup siap dan memuaskan hasil kerjanya. (Ada nuansa politis yang kutangkap dari sana, dampak merger dua budaya yang berbeda).
Bimo, lumayan, dengan diijinkannya menggunakan data periode yang lalu yang memungkinkan dia melanjutkan TA nya, Alhamdulillah kemungkinan dia bisa selesai sebulan lagi kelihatannya bisa dicapai.
Nadya, gak jelas, deliverablenya apa? Di akhir seminar kami rumuskan bahwa Nadya akan membuat survey untuk memperoleh gambaran pelaksanaan PMP saat ini, manual PMP, kurikulum dan bahan trainingnya, termasuk video klip yang menunjukkan demo pelaksanaan PMP.
Wira, rumusan akhirnya, evaluasi implementasi TRIMS dalam proses perencanaan training untuk mengidentifikasi OFI sehingga bisa menurunkan pending training yang sangat besar.
Sepertinya pak Andi kurang puas dengan hasil kerja dua anak ini. Yaaa.....bisa jadi...karena kurang gesit. Dua bulan tidak ada kemajuan berarti....
Menurut Ganesy, memang kurang gesit, sehingga pak Andi minta Ganesy juga membantu mereka. Pesen dari Pak Andi lewat Ganesy, aku boleh ngirim magang baru...tapi aku mesti tes dulu kemampuan mereka untuk analisis dan problem solvingnya.

Wednesday, June 6, 2007

Gerbang Otomatis

Minggu ini ITB melakukan uji coba penggunaan gerbang otomatis. Yang dimaksud gerbang otomatis adalah portal elektronik yang bisa dibuka dengan menggunakan kartu dosen atau pegawai yang sudah didisain untuk itu. Apa istimewanya? Teknologinya biasa aja, bahkan scannernya dibuat oleh dosen dan mahasiswa (elektro) ITB. Tidak ada yang istimewa, kecuali sosialisasi yang kelihatannya masih kurang. Perubahan sistem seperti ini seperti biasa akan menimbulkan banyak komplen.
Parkir kendaraan, merupakan masalah pelik untuk ITB yang memiliki kampus dengan lahan terbatas. Sudah lama ITB membatasi kendaraan masuk kampus hanya untuk yang memiliki sticker parkir saja yang boleh masuk. Sistem sticker ini diterapkan dengan ketentuan, setiap dosen akan mendapat jatah satu sticker dengan biaya tertentu. Jika ingin sticker ke dua, (buat yang memiliki mobil lebih dari satu maka sticker kedua akan dicharge mahal sekali. Kendati demikian, masih banyak dosen atau karyawan yang minta sticker kedua. Jadi masih banyak persoalan yang dihadapi, karena kemudian ketertiban dalam kampus sulit diatur dan masih sering terjadi pencurian kendaraan dari dalam kampus. Persoalan lain yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah satpam yang bertugas menjaga kampus. Akhir tahun 2006 ITB melakukan razia kendaraan bermotor. Semua mobil dan motor diperiksa.


Pertama, keresahan yang muncul di pegawai yang non PNS, karena tidak mendapatkan kartu identitas yang dapat digunakan untuk tanda masuk gerbang otomatis ini.

Politikus

Situasi seperti apa yang paling disukai oleh politikus? Ada banyak kondisi di mana seorang hiu politis berbahagia, antara lain situasi di mana aturan tidak jelas. Dalam situasi ini, terjadilah manuver manuver politik yang bisa dilancarkan seekor hiu. Bahkan aturan adapun, seorang hiu politik akan mencari celah yang bisa dilewatinya. Di tengah-tengah ketidak jelasan seorang hiu akan melancarkan jurus-jurus yang akan menciptakan ketergantungan kepada dirinya. .to be continued

Power and Politics.

Rapat melontarkan issue tentang matakuliah power and politic. Apakah matakuliah ini akan dihilangkan dan digabung ke matakuliah strategi? Atau tetap power and politic saja.
Pertanyaan yang mencuat adalah mengapa harus dihilangkan? Salah satu alasan utama adalah tidak ada yang mengajar. Alasan lain adalah matakuliah ini sebetulnya dirancang untuk memasukkan wawasan politik negara. Dua alasan ini tidak pas sebetulnya. Haruskah sebuah matakuliah dihilangkan karena tidak ada dosennya? Tidak bisakan sbm mengusahakan atau membina dosen yang mengajarnya? Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, mempertimbangkan kurikulum sbm. Pertanyaan yang paling dasar: apakah yang dimaksud dengan power and politic? Apa perlunya kuliah ini masuk ke kurikulum sbm?
Jika power and politic yang dimaksudkan adalah power dan politic di tingkat nasional, seperti apa rancangan kuliahnya? Hukum ketatanegaraan Indonesia? UUD45 dan Pancasila? Bagaimana konstelasi kekuasaan dan penerapan kekuasaan di Indonesia? Lantas apa pengaruhnya kepada bisnis? Apa tidak lebih baik kalau sksnya digunakan untuk memperbesar sks Ekonomi. Sehingga di kuliah ekonomi, bisa dibahas ekonomi mikro dan makro, yang erat kaitannya dengan praktik bisnis.
Lantas apakah office politic tidak perlu diajarkan? Positifnya, jika hal ini diajarkan, digabung dengan etika, maka kuliah ini membekali mahasiswa untuk menjadi survivor, minimal, di tengah politik usaha yang seringkali dijalankan, tidak harus jadi political shark. Hanya saja memang tidak butuh 4 sks, terlalu banyak. Kuliah ini bisa juga disisipkan di berbagai kuliah people management seperti di Leadership, bagaimana power dan penggunaannya dalam kepemimpinan. Dalam manajemen perubahan juga bisa, bagaimana memanfaatkan power dalam mengelola perubahan. Dalam mata kuliah labor union juga bisa, khusus tentang kaitan hubungan industrial, serikat pekerja dan kekuasaan dan politik kantor. Dalam Komunikasi juga bisa, bagaimana komunikasi dimanfaatkan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam OB sendiri bisa diberikan dasar-dasarnya.
Yang lebih penting lagi sebetulnya secara keseluruhan kurikulum sbm itu seperti apa profil bangunannya?

Sunday, June 3, 2007

Tutor: part2. What SBM need from Tutor

Tutor have important roles in SBM. First, they have to guide practical or technical ability of students in a particular course.
There are two type tutors in SBM, part time tutors anda full time tutor. Part time tutor is tutor hired for a specific course and have responsibility around that course, such as:
  • tutoring,
  • assist lecturer in checking student attendance,
  • assist lecturer in preparing course material,
  • assist lecturer in conducting test, examination, and gradin
Full time tutor has two type job, i.e. teaching and learning jobs, research and administration jobs. Full time tutor, have possibility to be a lecturer, if they meet the criteria.
Therefore, addition conditions for full time tutor are writing capability, for writing research report, journal article or case.

What is the criteria of SBM tutor?
There are some factors to be considered to determine the criteria needed for selecting a tutor.
First of all, is SBM values, i.e. ethical values, integrity. So, tutor of SBM have to have high ethical values, and high integrity: honest, opened to themself, and has spirit to excell good ethical values in conduct their class, aligned with the SBM mission to create ethical entrepreneurs. The implication of SBM values, the tutors have to have ability to build students discipline.
Second, as part of SBM education system, lecturing and tutoring will be held in English and learning activities mostly done to promote action learning in group and as experience based learning. The implication to tutor requirements are: tutor have to speak English fluently, able to promote good team environment, assure that all team member share their knowledge and got lesson learned from their learning activities. Tutors themself have to work in team (one of faculty member remind me about this, she denied a tutor to be in her team because the tutor too ambitious to make herself mor valuable compare to other tutors; it is about make all the students got equal treatment)...to be continued

Empty Nest Syndrome

Ieu meureun nu disebut empty nest syndrome teh. Hulang-huleng we, asa teu puguh laku. Di imah ngan duaan. Rek gawe hoream rek masak hoream. Naon lah ngan ngotoran dapur we wungkul, masak keur duaan. Jadi rus ras, asa loba nu laleungitan. Jadi ngarasa kolot ayeuna mah. Ehm... Sakeudeung deui nu bungsu lulus, moal lila deui pasti neangan gawe. Imah pasti kosong, tinggal duaan we, tilu jeung pembantu meureun. Pola kahirupan jigana geus kudu dirobah.
Atuda lucu tadi mah, ka toko duaan. Salaki kalah hulang huleng dititah pesen dahar teh. Naon nya, cenah. Karunya oge. Kukurilingan di Giant, sakeudeung ge geus capek. Kabayang we engke kudu ngajar di Chevron atawa Freeport, sapoe jeput. Kuat kitu nangtung ti jam 8 nepi ka jam 5 sore? Duka atuh kumaha engke we. Hehehe...biasanya urang Sunda mah cenah sok ngomong kumaha engke ari nanaon teh.
Naha pola kudu dirobah? Sok we geura, balanja geus biasa loba, ayeuna kudu dikurangan. Eusi kulkas teu orot-orot. Eusi kulkas kudu dirobah nu gampang diolah tapi tetep sehat. Parabot mun aya mah nu garampang we. Madato? keur naon Madato saha nu reuk make. Pantes atuh nyulam, hakken disebut hobby nini-nini, da memang pantes. Kahiji teu butuh tanaga gede jiga ngebon, kadua memang bisa dipigawe bari mikiran sagala rupa. Cag heula.