Tuesday, June 12, 2007

Standar Nilai

Killer...itu pasti sebutan mahasiswaku. Hari ini yang komplen banyak sekali. Kenapa aku dapat C? Kenapa kelas B lebih murah hati dosennya? Kenapa aku dapat lebih jelek dari si anu yang tidak aktif di kerja sindikat. dsb.dsb. Sudah adilkah penilaian ibu? Kalau gak kena plagiarism, mestinya aku kan dapat A.
Ha?Aku bilang tanya deh diri sendiri, kalau sekarang dapat A, kemudian nanti kerja di bidang ini, bisa memberikan hasil sekualitas A enggak? Bagaimana kalau orang nanya, MBA ITB kasih nilai A padahal gak bisa kerja? Wah...berat tanggungjawab sosialnya.
Kedua kalau aku minta peer evaluation, pasti kamu gak akan bisa objective deh. Pasti temen kamu yang free rider juga akan kamu kasih nilai bagus. Capek deh.

Pertanyaannya, perlukah ada standar penilaian agar dosen memberikan penilaian yang lebih adil? Apakah betul memberikan nilai kelas semuanya A atau 80% A, sisanya B? Atau mungkin ada dosen yang memberikan nilai semuanya C?

Nilai, mempunyai fungsi mengukur keberhasilan belajar mahasiswa, mengukur keberhasilan mengajar dosen. Karenanya nilai harus adil, di antara mahasiswa yang satu dengan yang lain. Tetapi nilai juga memiliki makna yang berkaitan dengan eksternal SBM. Jika seorang mahasiswa memiliki nilai B maka tentu masyarakat mengharapkan kualitas B juga. Yang seperti apa yang sesuai dengan kualitas B ini, tentu saja faktornya banyak. Termasuk faktor nasib, misalnya ketika satu hari seorang mahasiswa tidak bisa hadir, dan hari itu ada tes, maka "sial" lah mahasiswa tersebut. Tapi, kualitas manusia kan tidak hanya ditentukan oleh satu kuliah, di satu masa. Tapi ditentukan oleh banyak faktor di masa yang berbeda. Memang pelik masalahnya.

3 comments:

Unknown said...

Bu Nur,

Saya juga senewen sama penilaian Bu Nur, eh-- Prof. Egum.

Masak nilai FSEBCG saya 85,2 hanya 0,3 dari batas terendah untuk dapat nilai A (soalnya nilai terendah kan 86 bulet, jadi 85,5 dibulatkan ya 86).

Tapi barangkali itulah seninya bersekolah ..., kata pepatah: apalah arti sebuah nilai ... (he-he-he .. maksa banget).

Pada kenyataan hidup sehari-hari, betul seperti yang dikatakan Dr. Anny Ratnawati, orang tidak akan ditanya lulusan mana, atau berapa nilainya. Tapi sikap, perilaku dan perkataannya yang akan diperhatikan.

Sampai jumpa di kelas ...:-)

Salam,
Efendi Arianto

Nurhajati Ma'mun said...

Betul sekali pak Efendi. Orang gak ditanya berapa nilai kamu waktu ambil kuliah Ekonomi Manajerial, tapi akan dilihat bagaimana perilaku dan sikapnya. Dan tidak pada one shot period...tapi nilai rata-rata ya. Begitulah...kira-kira. Saya setuju pak dengan pandangan bahwa jangan terlalu strict dengan angka...apa artinya 0,5 dari 100. Memang melakukan penilaian itu tidak mudah

lemontee333 said...

Ibuuuu,
Mungkin solusinya ya kyk di skolahku skrg ini. Dari awal udh ada jelas silabusnya. Nih, tiap minggu kita mw ngapain, ada tugas apa aja, berapa poin tiap aktivitas, dsb. Trus standar nilainya pun udh fixed. 4.0 itu berapa persen ampe berapa persen, dll. Hasilnya jadi mahasiswa tau dia harus kerja berapa keras klo mw nilai 4.0.